Januari 04, 2009

Refleksi Akhir Tahun Taufik B. Nugraha


Tak terasa tahun baru semakin dekat saja, sore lalu saya mengikuti doa tutup tahun di masjid dekat sekretariat baru. Ah, tak terasa sudah masuk tahun baru Islam ternyata. Selamat tahun baru 1430 H buat seluruh umat Islam dimanapun berada.

Kurang lebih 3 hari dari sekarang kita pun akan memasuki tahun 2009, yang akan semakin ramai saja. Karena April akan diadakan pesta demokrasi terbesar bagi rakyat Indonesia. Ya, pemilu. Momen menentukan baik buruknya negeri ini 5 tahun ke depan.

Sore itu, saya tak ikut rapat evaluasi dengan teman-teman yang lain. Saya lebih memilih duduk di mesjid sambil membaca novel Imperia. Novel bagus, nice to read. Saya dapat rekomendasi membaca novel ini dari mamah Ika, dan ceritanya memang menarik.

Angin semilir yang bertiup membuat mata saya cepat sekali mengantuk. Rasanya ingin sekali tiduran disitu, tapi niat itu saya urungkan karena ini nantinya akan terkait dengan masalah reputasi. Menjaga sikap memang penting karena orang kebanyakan selalu menilai seseorang hanya dari luarnya.

Tak Cuma saya sendiri yang ada disana saat itu, ada sekelompok anak kecil yang juga ikut bermain di masjid itu. Aktivitas membaca yang saya lakukan dari tadi saya hentikan sejenak untuk mengistirahatkan mata, perhatian saya sekarang fokus pada sekelompok anak kecil tadi. Anak-anak itu sedang bermain petak umpet (sembunyi endop kalau orang Batam bilang). Keriangan khas anak kecil tampak dari raut wajah mereka.

Novel tadi saya masukkan ke dalam ransel hitam yang biasa saya bawa dan praktis fokus pada sekumpulan anak kecil tadi. Sudah lama rasanya saya tidak melihat anak-anak bermain permainan ini. Kemajuan teknologi sudah menggusur permainan tradisional seperti ini. Tak banyak lagi anak-anak yang bermain bola atau kejar-kejaran atau permainan khas anak kecil tempo dulu di lapangan. Teknologi telah menyulap lapangan ukuran 20x10 menjadi 21 inchi saja. Anak-anak lebih senang berjam-jam memelototi layar kaca sibuk dengan permainan semunya yang membuat fisik mereka semakin lemah karena tak banyak bergerak.

Sehingga petak umpet yang dimainkan oleh sekumpulan anak tadi menjadi sebuah tontonan yang langka bagi saya. Membawa saya kembali pada ingatan masa kecil. Saya teringat keriangan yang sama dengan yang mereka alami saat ini. Saat dimana keriangan menjadi hal yang sangat mudah diadakan, saat dimana pertengkaran adalah bumbu persahabatan, saat dimana memaafkan menjadi sesuatu yang gampang untuk dilakukan.

Sudah lama sekali rasanya. Kadang saya merindukan hal itu

Banyak hal yang saya pelajari dari anak-anak ini, bahwa komitmen mereka sangat luar biasa. Hal ini terlihat ketika pengundian siapa yang jaga selanjutnya. Tak ada kata penolakan, mereka menepati komitmen awal mereka. Dan ketika mereka terus yang jadi tak ada rasa dendam atau sakit hati mereka tetap konsisten karena sadar bahwa peraturannya memang seperti itu. Mereka seolah tak peduli dengan itu semua, bagi mereka keakraban dan kerianganlah yang utama.

Ah, betapa ternyata selama ini tindakan saya malah lebih parah dari anak-anak ini. Tindakan yang bahkan lebih parah dari kekanakan. Memalukan, karena semakin bertambahnya usia ternyata saya masih belum sanggup menjadi manusia dewasa. Saya masih kerap mempertahankan sikap kekanakan daripada kedewasaan untuk mencapai perubahan.

Tanggal 1 tahun baru, esoknya jatah hidup saya akan berkurang setahun lagi di dunia ini. Cepat sekali waktu berlalu, tak banyak yang sudah saya lakukan tahun 2008. tak banyak kontribusi yang bisa saya berikan untuk kehidupan. Lebih banyak mengacaukan malah.

Semoga semuanya lebih baik di tahun baru....
Wish you Luck!! (from another U)

Tidak ada komentar: