Juli 30, 2008

UNTUKMU PARA SAHABATKU

Ya Allah..
Sesungguhnya Engkau tahu
Bahwa hati ini t'lah berpadu
Berhimpun dalam naungan cintaMu
Bertemu dalam ketaatan
Bersatu dalam perjuangan
Menegakkan syariat dalam kehidupan

Kuatkanlah ikatanNya
kekalkanlah cintaNya
Tunjukilah jalan-jalanNya
Terangilah dengan cahayaMu
Yang tiada pernah padam
Ya Robbi..
Bimbinglah kami..

Lapangkanlah dada Kami
dengan karunia Iman
dan indahnya tawakkal padamu
Hidupkan dengan ma'rifatMu
matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela..

Juli 25, 2008

Arti sahabat

"true friend stab you in the front" (MC-IMPERIA)

Juli 24, 2008

SEBUAH SERUAN UNTUK MAHASISWA (Refleksi Seabad Kebangkitan Nasional & Peran Mahasiswa)

100 tahun sudah kita memperingati momen kebangkitan nasional dan sudah 10 tahun berlalu pasca reformasi, namun Indonesia tercinta ini tak kunjung berubah ke arah yang lebih baik. Setiap tahun memperingati hari kebangkitan nasional namun itu semua tak lebih dari ritual semata, tanpa ada semangat untuk merubah bangsa. Rakyat menderita, pejabat semakin foya-foya. Sense of crisis sepertinya sudah menjadi barang yang langka.

Seabad kebangkitan nasional, segudang permasalahan masih melanda negeri ini. Negeri ini tak kunjung mandiri, kita masih belum bisa bebas merumuskan kebijakan untuk bangsa kita sendiri. Di bidang kebudayaan, nilai-nilai luhur khas kebudayaan Indonesia telah hilang tergantikan oleh budaya korupsi yang saat ini telah menjadi kebudayaan nasional yang baru. Dalam bidang teknologi, jelas teknologi kita masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain. Yang kita lakukan saat ini hanya sebatas memakai bukan mencipta. Selanjutnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat tak kunjung terwujud, hal ini terlihat dari jumlah pengangguran yang tinggi, serta angka kemiskinan yang sudah menjurus pada busung lapar dan kematian.

Selain permasalahan tadi, privatisasi sektor-sektor publik juga semakin merajalela. Hampir seluruh minyak kita dieksploitasi oleh bangsa asing. Hingga akhirnya negara kita yang kaya minyak ini menjadi negara importir minyak. Aneh bukan, negara yang kaya minyak harus membeli dari negara yang tidak punya minyak. Harga minyak untuk rakyat Indonesiapun akhirnya diatur oleh negara asing. Di samping itu negara yang juga dikaruniai dengan hutan yang demikian luas dan lebatnya ini dihadapkan pada kenyataan bahwa kini hutan – hutan tersebut gundul akibat penebangan liar yang diselundupkan ke luar negeri dan tidak ada penanganan hukum yang tegas untuk itu.

Sumber daya mineral yang terkandung seperti air, timah, emas dan kekayaan alam yang terkandung di bumi Indonesia dieksploitasi secara tidak beradab dengan mafaat terbesar didapat oleh kontraktor asing dan segelintir orang Indonesia yang tak lebih dari sekrup-sekrup kapitalis. Sedangkan rakyat Indonesia sebagai pemilik saham terbesar hanya memperoleh manfaat yang minimalis dari apa yang telah menjadi haknya.

Permasalahan lainnya ialah lemahnya penegakan hukum di negeri ini, seabrek catatan buruk masih membayangi Indonesia dalam upaya penegakan hukum. Ratusan bahkan ribuan kasus korupsi baik kelas teri sampai kelas kakap masih belum terungkap bahkan cenderung ditutupi. Dalam kasus – kasus pelanggaran HAM, hukum di negeri ini cenderung bungkam. Kasus – kasus tersebut tak kunjung terbongkar. Korban Lapindo hingga saat ini belum terselesaikan dan hanya menyisakan ribuan warga yang tak jelas masa depannya. Penganiayaan TKI yang merupakan pahlawan devisa hanya isu sementara yang menghiasi media massa, kemudian dibiarkan hilang tanpa bekas seiring berjalannya waktu.

Bidang Pendidikan, tentu masih jauh dari yang diharapkan. Amanat UU tentang Anggaran pendidikan yang 20% masih belum dapat terealisasi. Saat ini pendidikan di negeri ini sedang dikapitalisasi dan diliberalisasi, hal ini terlihat dari privatisasi pendidikan melalui BHMN/BHP. Proses kapitalisasi dan liberalisasi ini berlaku mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hingga terjadi ketergantungan terhadap dana dari pihak asing yang kemudian menciptakan “penjajahan” kurikulum, yang pada akhirnya sekolah hanya menghasilkan lulusan yang tak lebih dari produk – produk yang menjadi kuli di negerinya sendiri. Apresiasi pemerintah terhadap dunia pendidikan memang sangat rendah, hal ini berbanding terbalik terhadap dunia hiburan. Hingga akhirnya generasi muda di negeri ini lebih suka melatih “bakat” dibandingkan melatih “otak”.

Jangan menyerah, masih ada secercah harapan

Namun meski ada sederet permasalahan yang telah dipaparkan tadi, tidak seharusnya membuat kita lemah dan patah semangat. Negeri ini masih bisa bangkit menjadi negeri yang berdaulat dan bisa bersaing dalam berbagai bidang dengan negara lain. Indonesia yang memiliki rakyat sekitar 200 juta jiwa tentu tidak semua merupakan generasi tua, generasi – generasi muda Indonesia merupakan potensi terbesar yang dimiliki negeri ini untuk bangkit. Para pemuda khususnya mahasiswa merupakan pilar kebangkitan.

Mahasiswa yang notabene kaum intelektual, pemuda – pemuda yang memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan lebih tinggi daripada pemuda lainnya, sudah seharusnya menjadi motor – motor penggerak untuk membangkitkan negeri ini. Karena dalam setiap kebangkitan, mahasiswa merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap perubahan mahasiswa adalah pengibar panji – panjinya. Mahasiswa sebagai kaum terpelajar memiliki potensi yang sangat besar, Mahasiswa adalah sosok yang suka berkreasi, idealis dan memiliki keberanian serta inspirator dengan gagasan dan tuntutannya.

Beranjak dari seluruh potensi yang dimiliki mahasiswa, sesungguhnya sangat banyak kewajiban serta tanggung jawabnya. Semakin berlipat hak – hak rakyat yang harus ditunaikan, semakin berat amanat yang terpikul di pundak para mahasiswa. Hingga yang harus dilakukan oleh mahasiswa untuk dapat membangkitkan negeri ini ialah; berprestasi dalam belajar, ikut serta dalam aktivitas kampus dalam batasan tidak menjadikan keikutsertaannya dalam kegiatan sebagai ladang persaingan kotor dan tidak sehat, seperti yang kerap kali terjadi, yang dilakukan oleh mereka yang ingin memanfaatkan kegiatan kampus untuk ambisi pribadi. Berpikir kritis dan strategis terhadap segala sesuatu, bijak dalam menentukan sikap serta senantiasa menjadi garda terdepan dalam membela hak – hak rakyat yang tertindas. Terakhir banyak beramal dan beribadah kepadaNya karena tanpa itu, semua hal yang kita lakukan akan sia-sia di hadapanNya.

Kepada para Mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Di persimpangan jalan

Kepada pewaris peradaban
yang telah menggoreskan
sebuah catatan kebanggaan
di lembar sejarah manusia

Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta...
-Mars Mahasiswa-

SAATNYA UNTUK BANGKIT, JADIKAN INDONESIA LEBIH BAIK!!!

HIDUP MAHASISWA!!

MENGHIDUPKAN REZIM OTORITER..?

Wacana Ospek 1 tahun Mahasiswa Baru 2008


Jumat (6/6) saya diberitahu oleh salah seorang staff saya bahwa nanti sore ada undangan rapat dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), agenda yang dibahas ialah tentang kewajiban bagi mahasiswa baru 2008 untuk mengikuti salah satu organisasi di kampus. KeWAJIBan!! ketika mendengar bahwa agenda yang akan dibahas adalah wacana tersebut entah kenapa saya langsung berpikir “kok ga’ beda dengan waktu di sekolah dulu ya?” Semuanya serba wajib dan serba diatur.

Dunia kampus selalu identik dengan dunia mahasiswa, dan mahasiswa selalu identik dengan kebebasan. Sebagai contoh, ketika sudah menjadi mahasiswa kita tidak perlu lagi menggunakan seragam untuk ke kampus seperti saat masih sekolah, yang bebas teriak memaki dan menghujat serta protes kepada pemerintah atau birokrat kampus ketika ada kebijakan yang sewenang-wenang, jelas mahasiswa. Termasuk salah satunya ialah kebebasan untuk berorganisasi atau tidak.

Aktif berorganisasi ataupun tidak merupakan sebuah pilihan, hal ini sama dengan keinginan kita memeluk agama. Tidak boleh ada orang, organisasi bahkan negara sekalipun yang memaksa seseorang untuk memeluk agama tertentu. Sekarang apa jadinya kalau hal tersebut dipaksakan, tentu saja hal ini melanggar hak mereka untuk tidak aktif berorganisasi.

Dampaknya

Setidaknya sebelum memutuskan sesuatu kita bisa memikirkannya secara visioner, Apa dampaknya ketika kebijakan tersebut diberlakukan. Menurut saya ada dampak positif dan negatif yang akan terjadi nantinya ketika kebijakan ini diterapkan, dampak positifnya adalah akan banyak mahasiswa baru yang memasuki Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ataupun BEM. Akan tetapi dampak negatifnya ialah keikutsertaan mereka dalam sebuah organisasi lebih dikarenakan keterpaksaan daripada sebuah kepahaman akan pentingnya berorganisasi.

Disamping itu, dampak lainnya yang saya takutkan ialah (semoga tidak sampai terjadi) munculnya stigma bahwa UKM serta BEM Otoriter dari mahasiswa baru. Kalau sudah seperti itu dikhawatirkan malah akan semakin banyak mahasiswa baru yang tidak mau berorganisasi lagi. Dan yang lebih parah lagi ialah terjadinya clash antara mahasiswa baru dengan UKM serta BEM.

Pemahaman Intinya

Tentunya kita tidak ingin hal-hal tersebut terjadi, dan sangat ironis tentunya ketika kampus yang seharusnya menjadi contoh good clean government malah menerapkan cara-cara otoriter dalam setiap tindakannya, dalam mencapai tujuannya. Kampus yang diharapkan dapat mengajarkan arti demokrasi sesungguhnya dan penerapannya ternyata malah menjadi avant garde yang meruntuhkan hal tersebut.

Lantas bagaimana agar mahasiswa baru nantinya punya minat untuk berorganisasi? Saya rasa berminat atau tidaknya mereka berorganisasi dapat ditanamkan lewat Orientasi Pengenalan Kampus (OSPEK). OSPEK merupakan gerbang dunia kampus yang pertama kali mahasiswa baru lalui. Kalau mahasiswa baru tersebut sudah paham akan pentingnya berorganisasi, maka hal ini akan lebih efektif dibandingkan dengan mewajibkan mereka untuk ikut organisasi. Untuk itu, peran panitia OSPEK dalam membentuk mahasiswa baru sangatlah besar.

Dan harapan yang besar juga digantungkan kepada Panitia Khusus (PANSUS) OSPEK yang merupakan utusan tiap HIMA. Terpilih sebagai PANSUS merupakan sebuah amanah yang besar, bukan hanya untuk “gagah-gagahan” atau sarana untuk “tebar pesona” kepada mahasiswa baru nantinya. Hendaknya PANSUS dapat memberikan bimbingan serta arahan kepada panitia OSPEK agar tujuan penanaman pemahaman pentingnya berorganisasi dapat tercapai.

Terakhir BEM lah yang punya tanggung jawab paling besar atas berhasil atau tidaknya OSPEK, karena kontrol PANSUS ada pada BEM. Oleh karena itu segala apa yang dilakukan oleh PANSUS hendaknya tetap dipantau oleh BEM. Intinya harus ada sinergi antara Panitia OSPEK, PANSUS dan BEM sendiri dalam mensukseskan OSPEK.

Penutup

Perbaikan demi perbaikan setiap masa merupakan hal yang memang harus dilakukan tapi tidak dengan cara – cara yang salah, seperti; pemaksaan,penindasan, kekerasan dan cara – cara yang salah lainnya. Banyak cara benar lainnya yang bisa digunakan untuk melakukan perbaikan-perbaikan tersebut. Akhirnya, semoga dengan datangnya mahasiswa baru Agustus nanti akan makin banyak insan perubahan yang, berubah setiap saat, bergerak setiap waktu, dan berjuang sepanjang masa untuk kemajuan bangsa.

HIDUP MAHASISWA!!!

Awal...

selamat datang di blog ku...

ini adalah awal...