Januari 22, 2009

Saya Pindah Rumah,,

saat ini saya sudah pindah rumah..

visit :

http://taufik-nugraha.blogspot.com

Terima Kasih..!!

Januari 20, 2009

Wangi atau Bersih..?


“pilih mana put, bersih ato wangi?”

“ ya bersih lah”

“ah, wangi dunk yang lebih pernting”

“kalo dah bersih tu pasti wangi?”

“ya gak jugalah”

“ya iyalah, ko aja yang aneh..”

“??!!??”

Sepenggal percakapan saya dengan adik tadi pagi. Membahas tentang mana yang lebih penting bersih atau wangi. Sebenarnya, ini sambungan pembahasan malam tadi (selalu membahas hal-hal kontraproduktif), tema yang sama dengan responden yang berbeda. Kalau tadi malam saya yang ditanya, kali ini saya yang bertanya.

Entah bagaimana awalnya, tiba – tiba tadi malam ada pembahasan tentang bersih dan wangi. Molto atau Rinso (ah, gak boleh nyebutin merk. Biarlah blog pribadi ini). Berawal dari sms tentang guru sebenarnya, malah merembet ke masalah bersih dan wangi.

“jadi mana yang anda pilih? Bersih ato wangi? Your choose?” Ketika disodori pertanyaan seperti ini saya langsung menjawab “WANGI” ini yang lebih penting. Karena noda bagaimanapun besarnya masih dapat ditutupi, diakali, dimodifikasi agar tak terlihat (kemampuan mengagumkan orang di negeri ini). Tapi kalau kebusukan maka sulit menyembunyikannya.

Memang selihai apapun kita menyembunyikan noda tersebut lambat laun akan ketahuan juga. Tapi perlu waktu untuk itu, dan waktu yang dibutuhkan akan lebih lama daripada kita menyembunyikan kebusukan. Lagipula noda adalah sebuah bukti tentang apa yang terjadi dan kita lakukan di masa lalu dan sebuah pembelajaran. Lantas kenapa bukti pembelajaran yang kita lakukan harus dihilangkan?

Oleh karena itu, pilihan saya adalah dengan menyamarkan noda dan menyebarkan wangi pada orang-orang di sekitar.

“ga ada noda, ya gak belajar?”

“berani kotor itu baik!”

Yah, mulailah belajar mencuci dengan Molto tanpa Rinso...

Januari 17, 2009

SHAFFIX - Berperang

Kalau manusia punya hati
Mengapa
Ada yang tersakiti

Kalau manusia punya Jiwa
mengapa
ada yang Terlukai

Sadarilah dunia,
Bumi ini telah berusia
Jangan membuatnya
Semakin renta

Kalau manusia punya Pikiran
mengapa
Slalu inginkan kekuasaan

Kalau manusia punya Nurani
mengapa
Slalu tak ingin mengerti

Pahamilah dunia
Semesta adalah sementara
Jangan menjadikannya
Sia-sia

Dalam hidup memang penuh
dengan pertanyaan
Tapi perang bukanlah satu-satunya jawaban
Namun bila saatnya harus maju berperang
Pastikan Alloh adalah satu-satunya alasan

Apabila musuh datang
Hadapi dengan tenang
Yakinlah satu tentang
Alloh bersama berjuang
Jadikan hidup mulia
Mati syahid akhirnya
Teriakan kata-kata
Allahuakbar selamanya

download lagunya disini

Januari 12, 2009

Presiden pun Keluarkan Album Baru..

seperti tak ingin kalah dengan grup musik tanah air yang menelurkan album barunya di tahun 2009, presiden SBY pun mengeluarkan album ketiganya. album yang berisikan 10 lagu itu berisikan tentang kegalauan hati serta permintaan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia karena telah gagal memimpin bangsa ini.

rakyat di negeri ini memang lebih senang dibius dengan hal-hal seperti ini untuk mendapatkan kebahagiaan sesaatnya. melepaskan diri dari himpitan deritanya selama ini. itulah sebabnya mulai dari presiden, menteri, sampai wakil rakyatnya lebih senang membahas hal-hal yang bersifat hiburan daripada membahas kebijakan yang bersinggungan dengan kemaslahatan rakyat seperti pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan.

yah, ada-ada saja memang. bahkan di tengah berbagai kesulitan serta krisis yang melanda negeri ini, presidennya tetap saja masih punya cukup waktu untuk membuat lagu dan merilis album baru (sudah ketiga pula, luar biasa kan artinya). sudahlah saya tak ingin berburuk sangka bahwa krisis yang belum teratasi sampai saat ini lebih karena presidennya sibuk mengurusi hobinya.

Di Thailand Samak Sundaravej yang menjabat perdana menteri dipecat karena masih mengasuh demo masak di televisi. yah, memasak bisa dibilang merupakan hobi samak, tapi ia di demo rakyat karena telah melanggar UU di thailand (masih menerima gaji dari lain tempat setelah menjadi perdana menteri). selain itu dengan tetap menjadi pengasuh demo masak tersebut bisa dibilang dia tidak serius dalam memerintah thailand saat itu, masih lebih mementingkan egonya, memuaskan dirinya dengan hobinya ketimbang mengurusi masalah rakyat.

di Indonesia? apa beda SBY dengan Samak?

Angkot itu hampir membunuhku..

terlalu hiperbola kayaknya judul di atas. tapi namanya juga untuk menarik pembaca, jadi saya pikir sah-sah saja. judul sangat menentukan bagaimana kualitas tulisan sepertinya. judul yang menarik akan membuat pembaca penasaran dan ingin membaca isinya. ah, sudahlah. postingan kali ini bukan kuliah tentang bagaimana menulis yang baik. ini hanyalah sekelumit keluh kesah saya pagi ini.

memasuki minggu tenang ini, rasanya malas sekali berangkat ke kampus. kalau bukan karena janji yang sudah terlanjur dibuat dengan beberapa orang saya lebih memilih di rumah, bersantai lalu jalan-jalan. tapi didorong rasa ingin belajar bertanggung jawab terhadap janji yang telah dibuat dan penasaran hari ini ada mata kuliah pengganti atau tidak saya memutuskan berangkat ke kampus tercinta.

seperti biasanya, dengan mengendarai mio merah milik umat (baca: punya orang tua) saya berangkat menuju kampus. keluar dari rumah jam 8 kurang 10 saya yakin kalau sesi 1 ada kuliah pastilah saya terlambat. tapi itu sudah masuk dalam perhitungan, saya memang sengaja ingin terlambat.

jalanan saat itu tetap saja ramai, meskipun harusnya jam segitu anak sekolah sudah masuk, begitupun dengan para pekerja. mungkin banyak juga pekerja atau pelajar yang sengaja datang terlambat, sepemikiran dengan saya. yah, senin memang hari yang cukup menyebalkan.

tapi semuanya tambah menyebalkan, ketika ada angkot (baca: carry) yang hampir dengan sukses membunuh saya. sudah bukan menjadi hal yang aneh kalau angkutan umum dimanapun dia berada selalu sembarangan dalam berkendara. ia bisa berpindah dari jalur kiri ke kanan dengan seenaknya untuk kemudian kembali lagi ke jalur kiri karena ada penumpangnya yang minta berhenti. menaikkan dan menurunkan penumpang di tengah jalan dan tindakan barbar lainnya. dengan alasan mengejar setoran dan sebagainya mereka merasa bisa sesukanya tanpa mempedulikan pengguna jalan yang lain. alasan yang tak bisa ditolerir sebenaranya, karena menjaga keselamatan lebih penting dari hanya sekedar mengejar setoran.

dan lebih ironis lagi ketika ternyata carry tersebut menjadi salah satu alat peraga kampanye caleg. kebencian akan kelakuan carry tersebut pun meluas menjadi kemarahan pada caleg yang mempromosikan dirinya lewat carry itu. dengan pikiran yang sempit saya mengumpat dalam hati "kalau alat promosinya aja gak santun kayak gini, apalagi calegnya. kalau alat kampanyenya saja hampir mencelakakan banyak orang apalagi calegnya."

ah, betapa ternyata kadang kemarahan saya begitu mudah tersulut hanya karena masalah sepele. begitu gampangnya saya mengaitkan antara sesuatu dengan sesuatu yang sebenarnya tak ada hubungannya.

Januari 07, 2009

Negeri yang pejabatnya tak tahu diri..


Parlemen kita kini terkesan mewah. Gedung DPR RI Senayan bagai show room Mobil mewah. Padahal di Belanda, anggota parlemen tidak mendapat gaji dan tunjangan mobil. Mereka hanya mendapat schadeloosstelling (ganti rugi) yang cekak dan tunjangan yang zakelijk. "Jatah mobil dinas?" Demikian reaksi pertama Hugo van der Steenhoven, anggota partai Groenlinks, saat ditanya soal 'sarana mobilitas untuk menunjang tugas wakil rakyat' itu. "Ah, laat me niet lachen, meneer (Jangan membuat saya tertawa, pak.)" kata Van der Steenhoven.

Dijelaskan bahwa anggota parlemen Belanda itu bukan pegawai negara.Jadi jangankan mobil dinas, salaris (gaji) pun tidak ada. Istilah salaries menunjukkan bahwa anggota parlemen berdinas pada pihak tertentu. Sebagai imbalan jerih payah, anggota parlemen menerima apa yang disebut schadeloosstelling alias ganti rugi."Anggota parlemen sepatutnya kan independen dan oleh karena itu dia tidak berdinas pada pihak manapun," jelas dia.

Jadi untuk urusan mobil ke Gedung Parlemen di Binnenhof (Den Haag),Yang nyata-nyata demi kepentingan negara, itu menjadi tanggung jawab masing-masing anggota parlemen. Apalagi 'mobilitas untuk merawat konstituen', itu bukan menjadi tanggung jawab dan beban negara melainkan partai darimana mereka berasal. Disini logika yang dipakai simpel saja: urusan menemui konstituen adalah kepentingan partai, masa negara harus menanggung biayanya?

Negara hanya menyediakan uang ganti transport untuk kepentingan tugas anggota parlemen,besarnya 781,36 euro untuk yang bertempat tinggal dalam radius 10-15 kilometer dari Kompleks Parlemen Binnenhof (Den Haag),1.093,63 euro untuk radius 15-20 kilometer dan 1.562,72 euro untuk radius lebih dari 20 kilometer. Jumlah tersebut semuanya bruto untuk satu tahun. Untuk yang bertempat tinggal dalam radius 10 kilometer ke bawah, tidak masuk dalam ketentuan tersebut alias tidak mendapat apa-apa.

Makanya banyak anggota parlemen yang ngantor dengan naik trem, sejenis angkutan umum kota mirip kereta api tapi bentuknya lebih kecil. Jan Pronk, kini Minister van Volkshuisvesting, Ruimtelijke Ordening en Milieubeheer (Menteri Urusan Perumahan Rakyat, Tata Ruang, dan Pengelolaan Lingkungan), malah sering datang naik sepeda.

Demikian hati-hati dan ketatnya Belanda mengelola keuangan negara, sehingga pada tahun 2001 neraca keuangan negara surplus sampai 7 milyar gulden (mata uang euro belum diberlakukan). Kelebihan tersebut sebagian dikembalikan kepada rakyat sebagai uang surprised di mana tiap-tiap rumah tangga mendapat 100 gulden atau setara 100 kg gula. Sebagiannya lagi dipakai untuk pembayaran utang negara, agar secepatnya berkurang.

Mungkin Bila suatu saat nanti berkesempatan melancong ke Belanda, tidak ada salahnya mampir sebentar ke kompleks parlemen Binnenhof, di jantung kota Den Haag. Sekalian melakukan 'studi banding' dan setidak-tidaknya anda akan menyaksikan bahwa di halaman gedung parlemen negeri berpenghasilan 22.570 euro per kapita itu, tidak ada ditemukan mobil kelas Jaguar dan sejenisnya.

Bagaimana dengan parlemen kita?
(http://www.mail-archive.com/debritto@debritto.net/msg17925.html)

Masih Percaya Dukun..??


ada baiknya lebih berhati-hati dalam menentukan pilihan saat pemilu. perlu diteliti benar-benar, apakah yang kita pilih memang bisa menampung dan merealisasikan aspirasi kita atau hanya orang-orang tak bermoral yang jadi anggota dewan hanya untuk mencari kekuasaan.

berita pagi ini, benar-benar membuat saya geleng-geleng kepala. tak habis pikir. bagaimana mungkin seorang ketua DPD (non aktif sekarang), seorang intelektual, masih percaya dengan hal-hal yang berbau mistis. ah, sudah kacau sekali sepertinya negeriku ini.

berikut kutipan beritanya dari batam pos :
BATAM (BP) - Abdul Aziz benar-benar ingin menjadi miliarder di Batam. Tak puas menggandakan uang dalam rupiah, Ketua DPD (non Aktif) Partai Demokrat Kepri ini bahkan berniat menggandakan uang dolar Singapura. Tak tanggung-tanggung ia berencana menggandakan uangnya Rp1,3 miliar menjadi 10 miliar dolar Singapura.
(batampos.co.id. 07 januari 2009)

memalukan, orang yang mengaku sebagai intelektual. ketua perwakilan daerah sebuah partai besar. bahkan sempat menjadi calon anggota dewan ternyata masih melenguh pada hal-hal yang bersifat gaib. percaya bisa mendapatkan kekayaan dengan jalan pintas, pertolongan dari sesuatu yang tak jelas.

kalau mau kaya, KERJA...!!!

MENDEKATKAN SEKALIGUS MENJAUHKAN..

Dalam perjalanan saya untuk ngeblog kali ini (dapet tempat baru, di masjid raya. Adem, waktu sholatpun selalu update) saya berjumpa dengan 3 orang yang sibuk dengan handphonenya. Ada yang sibuk bertelepon, berkirim pesan hingga mengutak-atik handphonenya).

Saat ini, handphone memang sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat perkotaan –masyarakat pedesaan juga kayaknya. Hampir setiap orang memilikinya. Ada yang sekedar buat gaya-gayaan, kebutuhan komunikasi, penunjang bisnis dan berbagai alasan lainnya.

Bagi saya sendiri alat yang satu ini amat penting keberadaannya. Ia bisa menjadi penyambung silaturahmi, pemberi nasihat, pelepas penat, bertukar informasi,dan sarana iseng ke orang lain. Ia bisa mendekatkan teman-teman, saudara dan keluarga yang jauh serta menjadi sarana mempererat ukhuwah antar sesama.

Hanya satu hal kebiasaan buruk saya, karena ternyata alat yang bisa mendekatkan yang jauh itu ternyata juga bisa menjauhkan mereka yang sudah dekat.

Kebiasaan buruk saya tersebut adalah ketika bertemu atau berhadapan dengan orang, saya sering memainkan handphone, fokus memperhatikan handphone saya-sekalipun tak ada pesan atau panggilan- dan cenderung mengabaikan orang yang ada di depan saya.

Beberapa kali hal ini terjadi. Sulit sekali rasanya menghilangkan kebiasaan buruk ini. Seringkali saya mengabaikan orang-orang yang memiliki perasaan, ingin dihargai dan memang berharga. Lebih sering menghargai sesuatu yang ternyata hanyalah benda mati.

Betapa ternyata teknologi masih sering dapat mengelabui saya. Membodohi dan memperdaya, sehingga tak tahu mana yang harus dihargai dan mana yang hanyalah benda yang tak begitu berharga.

Heartycraft



Postingan kali ini akan sangat berbanding terbalik dengan postingan saya sebelumnya. Heartycraft, kata ini cukup menampar saya atas apa yang telah saya lakukan selama ini. Ego yang selama ini selalu menjadi garda terdepan dalam setiap tindakan yang saya lakukan, menjadi penyebab dari segala sifat kekanakan yang sampai saat ini masih berhasil dengan sukses saya pertahankan. Lawan selalu menjadi kata ampuh yang selama ini saya pegang. Saya selalu merasa hidup di dunia idealis yang hanya berwarnakan hitam dan putih, padahal harusnya saya bisa lebih bijak bersikap. Bahwa hidup ini berwarna-warni, tak ubahnya pelangi, komposisi berbagai warnalah yang menjadikannya indah. Maka mungkin tak ada salahnya untuk mengalah.

Heartycraft. Benda apa ini sebenarnya?

Ini adalah sebuah kerajinan. Ya, sebuah bentuk kerajinan. Kerajinan yang tak terlihat tapi besar fungsinya dalam menciptakan harmonisasi kehidupan. Ia adalah kerajinan hati, dan salah satunya ialah mengalah. Mengalah yang sering masih dihubungkan dengan idealisme, prinsip dan harga diri menjadi hal yang mudah ketika heartycraft berhasil dikuasai. Bukan hal yang sulit memang menguasai kerajinan ini, satu saja caranya “menekan ego kita sejenak”. Itu saja, simple kan.

Ilustrasinya seperti ini. Harmonisasi kehidupan bisa dilihat dari rumus anti tabrakan. Tabrakan hanya terjadi kalau kedua pengendara sama-sama nekat. Harus ada satu yang nekat dan satu yang mengalah. Begitu saja, saling bergantian. Maka tabrakan pun akan tak akan pernah terjadi. Begitu juga dalam kehidupan, ketika menghadapi masalah maka harus ada satu orang yang nekat dan satu orang yang mengalah. Ketika orang lain mengalah maka kita tak perlu merasa menang dan super, begitupun sebaliknya, ketika kita yang harus mengalah maka tak perlu merasa sebagai pihak yang kalah, terhina dan harus marah.

Kerajinan hati inilah yang kemudian menjadi nilai termahal bagi seseorang yang memilikinya. Tak ada masalah yang terlihat rumit karena semua masalah terlihat mudah. Tak ada masalah yang besar karena semua yang besar bisa dibuat kecil. Tapi yah, tak banyak memang yang berhasil menguasai kerajinan yang satu ini. Seringkali kita merasa begitu benar hingga sulit bagi kita untuk mengalah ketika menghadapi suatu masalah. Tak perduli sekalipun hal yang kita lakukan tersebut adalah sebuah kejahatan. Kadang kita bukan hanya tak malu pada kejahatannya, melainkan malah menganggapnya sebagai prestasi. Hingga menjadi ciri khas masyarakat negeri ini hobi memperbesar masalah yang kecil menjadi besar.

NB: Postingan kali ini merupakan tamparan dan boomerang -terima kasih untuk beberapa orang yang telah mengenalkan istilah ini ke saya-. Karena selama ini saya sering melakukan tindakan bodoh yang kadang merugikan diri sendiri maupun orang-orang di sekitar saya.


Januari 06, 2009

LAWAN!!!

Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.-GIE-

Hari ini dan kemarin saya mau tertawa rasanya. Ada seorang teman saya yang sedang mengibarkan bendera perang dengan salah seorang dosennya. terus terang saya senang dengan perlawanan yang dia berikan. 7 tahun lamanya (menurut pangakuan dosen itu) tak ada yang berani menentangnya, dan baru tahun ini ada yang berani melawan dia.

Saya sudah memprediksi sebelumnya, bahwa dengan adanya UMRAH yang kontroversial dengan mahasiswanya maka geliat mahasiswa di kampus ini bahkan Batam nantinya akan berubah. kalau selama ini cenderung hedonistik dan monoton maka akan ada sedikit dinamisasi dengan adanya mereka. bukan menghilangkan kalau selama ini tak ada pergerakan mahasiswa di Batam, tapi sedikit orang nekat yang benar-benar ingin merubah. kebanyakan dari mereka adalah orang-orang oportunis yang hanya mengejar keuntungan dari statusnya sebagai mahasiswa.

kembali ke soal dosen dan mahsiswanya tadi, kalau pendapat saya teruskan saja. kalau memang kita yakin dengan apa yang kita lakukan dan dosen tersebut memang salah maka tak ada alasan untuk mundur. meminta maaf mungkin akan membuat kita terlihat lebih berbesar jiwa tapi disaat bersamaan itu akan membuat dia besar kepala. dan tak ada yang lebih berbahaya dari orang sombong yang dibesarkan kepalanya secara sistematis.

bukankah menyombongi orang sombong adalah shadaqah..?

ah, tak tahulah. saya bukan orang yang expert untuk urusan agama seperti ini.

tapi yang pasti ini menyangkut harga diri. bagi saya penyelesaian dengan cara kekeluargaan taklah menyenangkan. peperangan harus dimenangkan salah satu pihak, tak ada kata perdamaian. ini salah satu cara untuk meredam adanya perang berikutnya saya rasa.

Kesendirian, itu hal biasa. saya juga sering mengalami hal seperti itu. dan bukankah seperti yang sudah saya katakan sebelumnya kesendirianlah sahabat yang sejati. karena dia selalu setia menemani dan tak akan mengkhianati. (ini bukan provokasi untuk memutuskan seluruh hubungan pertemanan yang telah terjalin)

tapi sebelum memutuskan lebih jauh, pikirkan dulu matang-matang resikonya. kalkulasi peluang kemenangan itu penting. hingga ketika berperang kita tak hanya modal nekat tapi juga tekad.

Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan -GIE-

Meja Makan dan Segalanya..


Watak setiap orang pastilah berbeda-beda. Keunikan yang menjadi sebuah bukti kekayaan, keragaman yang membuktikan betapa luar biasa kreatifnya pemilik alam semesta ini. Mengenal watak seseorang penting dilakukan untuk melakukan antisipasi dan tindakan – tindakan untuk menangani, menanggapi atau menghadapi mereka.

Dalam mengarungi kehidupan, tak jarang biasanya ada orang-orang yang mengenakan topeng dalam pergaulannya. Dalam dunia politik terlebih lagi, manusia-manusia bertopeng ini akan mudah kita temukan. Para ketua partai politik, ketua asosiasi profesi, duta besar, menteri, walikota bahkan aktivis adalah orang yang sering harus berubah kepribadiannya jika sudah harus berurusan dengan konstituennya.

Ruang publik, ruang tamu, lobi kantor adalah contoh tempat semua topeng dipakai. Sebuah panggung teater dimana seluruh tokoh mempertontonkan semua pulasan kosmetik tebal di wajahnya.

Tak hanya itu, tempat ibadah juga menjadi teater kemunafikan nomor satu bagi masyarakat. Mereka menyeru nama Tuhan gegap gempita bahkan sampai berurai air mata, tapi begitu keluar dari sana Tuhan tak pernah diajak. Ia dibiarkan sendiri menjaga rumahNya. Di luar tempat ibadah tuhan adalah nomor sekian untuk urusan kehidupan. Tuhan kadang hanya dianggap sebagai bodyguard yang hanya diandalkan untuk menghadapi masa-masa sulit. Dan aneh karena kita kadang masih sering menganggap diri kita masyarakat beriman. Beriman kepada siapa? Kita memang beriman, kepada siapapun, kepada apapun-selain Tuhan Yang Maha Esa.

Tak bisa dinafikan memang bahwa secara individual ada orang-orang yang konsisten menjaga ucapan dan perbuatan. Tapi jumlahnya tak banyak. Tak signifikan.

Lantas dimana kita harus berada untuk mengetahui watak seseorang sebenarnya?

Kamar mandi
Beberapa topeng lepas saat berada di kamar mandi. Tapi kamar mandi adalah wilayah personal. Ketika berada di kamar mandi tidak ada interaksi dengan orang lain. Tapi kalau anda tetap ingin nekat mengetahui watak seseorang ketika berada di kamar mandi, maka bersiaplah dipukuli massa saat naas karena dianggap pengintip.

Meja makan
Disinilah tempat topeng benar-benar terlepas semuanya. Watak sesungguhnya akan muncul. Meja makan merupakan laboratorium terbaik untuk mengenali watak seseorang. Di restoran atau tempat-tempat dimana tamu bisa membuat pilihan. Dari makanan yang dipesan maka dapat diketahui bagaimana masa lalu dan watak mereka. Dari minuman yang dipesan, dapat diketahui filosofi dan gaya hidupnya. Dan dari cara mengonsumsi keduanya, seluruh dirinya terungkap tanpa ada yang terlewat.

Sekalipun orang tersebut melakukan impression management saat makan. Etiket makan sesuatu yang mudah dipelajari, maka akan masih tetap dapat dipetakan wataknya. Perlu diketahui bahwa etiket itu expression given, citra yang diatur untuk mengesankan orang lain. Tapi di sela-sela itu selalu muncul expression given off yang bersifat spontan dan membuka selubung yang tertutup oleh etiket.

Selamat meneliti watak orang di sekitar anda...!

Januari 04, 2009

Targetan Posting 2009

-Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari esok harus selalu lebih baik dari hari ini-

untuk itu harus ada peningkatan dalam segala hal, termasuk dalam masalah ngeblog. target 100 postingan tahun kemarin gagal tercapai. walaupun dimulai pertengahan tahun tapi tetap saja tak ada alasan.

tahun 2009 harus ada peningkatan, tahun ini target 200 posting dalam setahun..

semangat, pasti bisa!!

Berbagi Impian


Ini hari ketiga di tahun baru. Matahari masih muncul dari tempat biasanya sama seperti kemarin-kemarin. Berita masih diwarnai seputar libur panjang bagi semua orang, sedikit berita buruk dan berita tentang pemilu yang makin santer saja karena tinggal 3 bulan lagi kurang lebih.

Sudah dua hari ini saya merenungi kata impian. Pertama saya peroleh dari buku yang baru saya dapatkan, kemudian dari film yang baru pagi ini saya tuntaskan, Stardust judulnya. Tentang petualangan bintang. Impian, menarik bukan? Setiap orang pasti punya impian. Ada yang ingin menjadi presiden, artis, politikus, aktivis, dokter, memiliki mobil mewah, keliling dunia dan lainnya. Bahkan orang yang bilang dirinya ingin jadi orang biasa-biasa saja pun sejatinya memiliki impian, impiannya ialah menjadi orang yang biasa-biasa saja.

Memiliki mimpi saya rasa merupakan suatu hal yang manusiawi, malah aneh kalau seseorang tidak memiliki impian. Tapi tentu saja memiliki impian beda dengan pengkhayal. Impian adalah sesuatu yang realistis berada di alam nyata tidak di awang-awang. Ia bagaikan sebuah pohon yang tinggi besar yang puncaknya sampai menggapai langit tapi akarnya tetap menjejak kokoh di bumi.

Menurut kamus bahasa Indonesia mimpi berarti sesuatu yang terikat atau yang dialami dalam keadaan tidur. Sedangkan impian berarti suatu cita-cita atau keinginan yang mustahil atau sulit dicapai. Sebuah definisi yang buruk tentang impian saya pikir, dan mungkin ini penyebabnya kenapa masyarakat kita malas memiliki impian atau kalaupun memiliki impian maka mereka tidak akan berani bermimpi tinggi-tinggi. Takut terjatuh, tersungkur, sakit kemudian mati. Impian mereka hanya sebatas titik aman saja. Asal nanti bisa hidup cukup, istri dan anak serta keluarganya tidak menderita maka itu sudah cukup baginya. Impian yang terlalu biasa untuk hidup yang hanya sekali ini saja.

Kalau dari buku yang saya baca definisi impian menurut kamus hati dan pikiran penulisnya, impian adalah cita-cita atau keinginan yang bisa dicapai dengan faktor-faktor tertentu, seperti usaha, kemauan yang kuat dan doa. Ini etos kerja Islam, agama yang saya anut. Dimana untuk mencapai apa yang diinginkan tidak cukup hanya dengan berkhayal dan memimpikannya, tapi harus disertai dengan usaha seoptimal mungkin serta doa di akhirnya karena hanya atas kehendakNya semua bisa terjadi.

Dan faktor terpenting ialah kepercayaan, bahwa apa yang kita impikan pasti bisa tercapai. Inilah yang membuat kita selalu kuat untuk memperjuangkannya, sekalipun raga ini sudah lelah dan tak sanggup bergerak lagi. Dengan kepercayaan yang kita miliki inilah maka kita akan selalu menemukan jalur-jalur alternatif lain untuk mewujudkan impian ketika satu jalur tertutup. Dan untuk masalah kepercayaan ini ada baiknya kita membaginya dengan orang-orang di sekitar kita, membagi impian kita. Hingga jika suatu saat nanti kita benar-benar terpuruk maka akan ada orang-orang yang akan terus memberikan semangatnya, memberikan kepercayaannya pada kita hingga kita dapat kembali berdiri, mengumpulkan kembali sisa-saisa semangat yang telah berserakan dan menyusunnya kembali.

Di awal tahun ini, lewat blog ini, saya ingin mengkampanyekan impian saya kepada semua orang. Impian ini baru saya rumuskan tahun lalu, saya baru benar-benar mengetahui apa impian saya, tujuan hidup saya tahun lalu. Sebelumnya saya bahkan tak tahu harus kemana hidup saya ini nantinya, just let it flow, kata-kata yang sangat saya benci sampai saat ini. Impian saya berawal dari ketertarikan saya pada kegiatan membaca di awal semester 2, saat kuliah. Saat itu saya keranjingan membaca apa saja, bahkan buku yang tak ada hubungannya dengan jurusan saya saat ini. Dan luar biasa saya mendapatkan banyak hal dari situ. Berbagai pengetahuan baru saya dapatkan dari buku-buku tersebut, tak hanya pengetahuan tekhnik yang menjadi basic saya selama ini. Sejak saat itu saya jadi sering hunting buku, tak terhitung berapa banyak rupiah yang harus saya habiskan untuk buku-buku itu. Setiap kali punya uang maka prioritas saya adalah segera ke toko buku, mencari buku baru untuk dibaca atau disimpan sebagai iinvestasi siap tahu suatu saat perlu. Sampai suatu ketika saya menemukan sebuah buku berjudul ”Apa Yang Kuberi?” buku tentang sastra saya rasa, yang kemudian membuat saya berpikir adalah ketika membuka beberapa lembar awal halaman buku tersebut. Ada pengantar dari Taufik Ismail disitu dia menulis, “generasi 19..(saya lupa) – 2006 adalah generasi nol buku”. Deg,, saya langsung terkesiap begitu membaca kalimat ini, “sedemikian parahnya kah bangsa ini?” pikir saya saat itu.

Kalimat yang kemudian menjadi semakin kuat dalam diri saya bahwa budaya baca sudah hampir hilang di negeri ini. Rakyat ini lebih suka bertanya daripada membaca, lebih suka diberikan jawaban instan yang kadang menyesatkan dibandingkan menggali, meneliti, mencari dan membaca data untuk mencari fakta. Hal yang membuat kita berbeda dengan negara lain, eropa khususnya. Sebagai perbandingan mari kita melihat perbedaan antara turis lokal dengan turis mancanegara. Turis lokal tak peduli apapun pekerjaannya, entah tuan ataupun pelayan maka ketika menjadi turis ia akan minta dilayani dengan layanan sekelas tuan, ia akan meminta ditemani guide yang menerangkan jalan sepanjang waktu. Sedang turis mancanegara ia akan lebih senang membaca petanya untuk mengetahui dimana ia sedang berada, jika ada seseorang yang ingin membantu dengan menawarkan menunjukkan jalan dan terus meracau maka ia akan lebih terlihat terganggu alih-alih terbantu. Maka tak heran jika sering terlihat turis bule yang jalan sendirian di perkampungan daerah jawa tanpa guide. Bentuk kemandirian karena budaya membaca.

Tak hanya di turis, hilangnya budaya baca juga berpengaruh pada pejabat, wakil rakyat dan rakyat. Pejabat yang tak pernah membaca maka ia akan sepenuhnya percaya pada laporan bawahannya yang mengatakan semua beres tanpa ada suatu masalah, ia malas untuk membaca laporan dan membaca kondisi real rakyat saat itu. Wakil rakyatnya pun sama saja. Rakyatnya tak pernah atau tak mau atau tak mampu untuk membeli koran untuk mengetahui berita tentang apa yang telah dilakukan pimpinannya. Mereka lebih senang dibius dengan janji-janji manis, dibuai dengan orasi kharismatis yang sama sekali tak mengenyangkan daripada menemukan fakta sebenarnya, kehilangan fungsi controlling.

Di Batam, keadaannya sama saja. Tak ada fasilitas untuk membudayakan baca, saya jadi sering berprasangka jangan-jangan memang sengaja dibentuk seperti ini agar rakyat tetap bodoh dan bisa terus dibodoh-bodohi. Mudah-mudahan saya salah. Di kota ini tak ada perpustakaan umum tempat semua orang bisa membaca, meminjam dan mendapatkan informasi. Ada kan di Pemko? Sudah disediakan koq. Benar memang tapi sosialisasinya tidak ada kan, lagipula tak layak sepertinya perpustakaan umum ada di daerah pemerintahan kota. Ok lah, tapi kan sudah disediakan perpustakaan keliling? Ada memang, tapi miris rasanya karena ternyata perpustakaan keliling inipun lebih sering parkir di area pemko daripada berkeliling.

Melihat keadaan ini, maka impian saya satu saja dan tak muluk-muluk. “Saya ingin semua orang senang membaca.” Anak-anak jalanan itu yang harusnya masih bersekolah, saya ingin mereka semua senang membaca untuk tambahan pengetahuannya. Perpustakaan, rumah baca harus menjadi tempat singgah mereka saat istirahat. Cukuplah mereka senang membaca, haus akan segala infomasi dan lapar melahap pengetahuan dari buku. Bagi saya tak perlulah mereka sekolah, kalau sekolah memang harus mahal agar bisa tetap berkualitas. Walau pada kenyataannya banyak sekolah mahal yang hanya membuat muridnya menjadi orang-orang yang seragam, tak berkualitas dan mematikan kreatifitas. Bukankah lintang cerdas di sekolah yang dianggap tak berkualitas, murah, Lintang cerdas lebih karena keinginannya yang kuat serta budaya membaca yang ia miliki.

Saya yakin Batam dan Negeri ini bisa maju jika dalam masyarakatnya sudah tertanam budaya membaca. Budaya yang tak hanya cukup disosialisasikan lewat iklan dan kampanye, tapi juga perlu ada tindakan nyata untuk itu.

Ini impian saya. dan anda? Apa impian anda..?

Refleksi Akhir Tahun Taufik B. Nugraha


Tak terasa tahun baru semakin dekat saja, sore lalu saya mengikuti doa tutup tahun di masjid dekat sekretariat baru. Ah, tak terasa sudah masuk tahun baru Islam ternyata. Selamat tahun baru 1430 H buat seluruh umat Islam dimanapun berada.

Kurang lebih 3 hari dari sekarang kita pun akan memasuki tahun 2009, yang akan semakin ramai saja. Karena April akan diadakan pesta demokrasi terbesar bagi rakyat Indonesia. Ya, pemilu. Momen menentukan baik buruknya negeri ini 5 tahun ke depan.

Sore itu, saya tak ikut rapat evaluasi dengan teman-teman yang lain. Saya lebih memilih duduk di mesjid sambil membaca novel Imperia. Novel bagus, nice to read. Saya dapat rekomendasi membaca novel ini dari mamah Ika, dan ceritanya memang menarik.

Angin semilir yang bertiup membuat mata saya cepat sekali mengantuk. Rasanya ingin sekali tiduran disitu, tapi niat itu saya urungkan karena ini nantinya akan terkait dengan masalah reputasi. Menjaga sikap memang penting karena orang kebanyakan selalu menilai seseorang hanya dari luarnya.

Tak Cuma saya sendiri yang ada disana saat itu, ada sekelompok anak kecil yang juga ikut bermain di masjid itu. Aktivitas membaca yang saya lakukan dari tadi saya hentikan sejenak untuk mengistirahatkan mata, perhatian saya sekarang fokus pada sekelompok anak kecil tadi. Anak-anak itu sedang bermain petak umpet (sembunyi endop kalau orang Batam bilang). Keriangan khas anak kecil tampak dari raut wajah mereka.

Novel tadi saya masukkan ke dalam ransel hitam yang biasa saya bawa dan praktis fokus pada sekumpulan anak kecil tadi. Sudah lama rasanya saya tidak melihat anak-anak bermain permainan ini. Kemajuan teknologi sudah menggusur permainan tradisional seperti ini. Tak banyak lagi anak-anak yang bermain bola atau kejar-kejaran atau permainan khas anak kecil tempo dulu di lapangan. Teknologi telah menyulap lapangan ukuran 20x10 menjadi 21 inchi saja. Anak-anak lebih senang berjam-jam memelototi layar kaca sibuk dengan permainan semunya yang membuat fisik mereka semakin lemah karena tak banyak bergerak.

Sehingga petak umpet yang dimainkan oleh sekumpulan anak tadi menjadi sebuah tontonan yang langka bagi saya. Membawa saya kembali pada ingatan masa kecil. Saya teringat keriangan yang sama dengan yang mereka alami saat ini. Saat dimana keriangan menjadi hal yang sangat mudah diadakan, saat dimana pertengkaran adalah bumbu persahabatan, saat dimana memaafkan menjadi sesuatu yang gampang untuk dilakukan.

Sudah lama sekali rasanya. Kadang saya merindukan hal itu

Banyak hal yang saya pelajari dari anak-anak ini, bahwa komitmen mereka sangat luar biasa. Hal ini terlihat ketika pengundian siapa yang jaga selanjutnya. Tak ada kata penolakan, mereka menepati komitmen awal mereka. Dan ketika mereka terus yang jadi tak ada rasa dendam atau sakit hati mereka tetap konsisten karena sadar bahwa peraturannya memang seperti itu. Mereka seolah tak peduli dengan itu semua, bagi mereka keakraban dan kerianganlah yang utama.

Ah, betapa ternyata selama ini tindakan saya malah lebih parah dari anak-anak ini. Tindakan yang bahkan lebih parah dari kekanakan. Memalukan, karena semakin bertambahnya usia ternyata saya masih belum sanggup menjadi manusia dewasa. Saya masih kerap mempertahankan sikap kekanakan daripada kedewasaan untuk mencapai perubahan.

Tanggal 1 tahun baru, esoknya jatah hidup saya akan berkurang setahun lagi di dunia ini. Cepat sekali waktu berlalu, tak banyak yang sudah saya lakukan tahun 2008. tak banyak kontribusi yang bisa saya berikan untuk kehidupan. Lebih banyak mengacaukan malah.

Semoga semuanya lebih baik di tahun baru....
Wish you Luck!! (from another U)